Hanetsuki
Hanetsuki (羽根突き, 羽子突き arti harfiah: tepuk bulu?) adalah permainan
tradisional Jepang berupa saling berbalasan
memukul kok tanpa jaring. Permainan mirip bulu tangkis ini dimainkan dengan raket yang disebut hagoita. Kok dibuat dari biji buah mukuroji (pohon familia Sapindaceae) yang dicucuk dengan bulu unggas berwarna-warni.
Tradisi bermain hanetsuki di kalangan anak perempuan dipercaya membawa nasib baik, dan merupakan salah satu
tradisi tahun baru di Jepang.
Permainan sepak menyepak bulu unggas yang diberi pemberat uang logam dikenal di Cina sekitar abad ke-14. Di Jepang, permainan
tersebut mulai dikenal pada zaman Muromachi, dan diperkirakan sebagai
asal usul permainan hanetsuki yang dikenal sekarang ini.
Menurut buku harian Kanmon Nikki dari zaman Muromachi,
kalangan aristokrat dan pelayan wanita dilaporkan senang bermain hanetsuki di dalam istana kaisar.
Pemain yang kalah harus menghidangkan sake kepada pemain yang menang.
Karuta
Selembar kartu dari obake
karuta asal abad ke-19.
Setiap kartu bergambarkan makhluk aneh dari mitologi Jepang.
Karuta (かるた?) adalah permainan kartu bergambar dari Jepang. Permainan
ini paling sedikit dimainkan oleh tiga orang pemain, termasuk orang yang
membacakan kartu. Karuta sering dimainkan sebagai salah satu tradisi tahun baru Jepang.
Karuta berasal dari carta, kosakata bahasa Portugis untuk surat, lembaran surat, atau kartu. Di Jepang,
istilah karuta dulunya berarti permainan kartu remi. Namun pada
zaman sekarang, karuta berarti hanafuda dan berbagai jenis permainan yang memakai satu set kartu
yang terdiri dari yomifuda (読札?, kartu untuk dibaca) dan torifuda (取り札?, kartu untuk diambil). Setiap kartu yomifuda berisi kata-kata untuk dibacakan.
Pembaca kartu adalah orang yang tidak ikut bermain, dan sekaligus berperan
sebagai wasit.
Daftar isi
·
2 Jenis
·
3 Aturan
|
Sejarah
Permainan karuta berasal dari "permainan
mencocokkan cangkang kerang" pada zaman Heian.
Sejumlah cangkang atas dan cangkang bawah dipisahkan, dan diacak untuk kemudian
dicarikan pasangannya yang tepat. Permukaan cangkang kerang dilukis dengan
gambar-gambar agar lebih menarik untuk dimainkan.
Pada zaman Sengoku,
permainan kartu berisi puisi Hyakunin Isshu mulai dimainkan oleh bangsawan istana, dan belum
merupakan permainan rakyat. Dengan kemajuan teknik percetakan cukil kayu pada zaman
Edo, harga kartu untuk bermain karuta menjadi terjangkau oleh rakyat biasa yang
mendorong kepopuleran karuta sebagai permainan rakyat.[1]
Jenis
Dua jenis karuta yang sering dimainkan adalah uta garuta (kartu puisi) dan iroha-garuta (kartu iroha).
Uta
garuta
Satu set uta
garuta terdiri dari 200
lembar kartu. Kartu yomifuda berisi tanka dari
antologi puisi klasik Hyakunin Isshu dan gambar potret penyair yang
menciptakannya. Tanka terdiri dari lima baris dengan pola mora 5-7-5-7-7.
Bait bagian atas (5-7-5) disebut kami-no-ku dan bait bagian bawah (7-7) disebut shimo-no-ku. Sebuah tanka
ditulis secara lengkap pada yomifuda,
sementaratorifuda hanya
berisi bait bagian bawah dan tanpa gambar. Tanka pada masing-masing yomifuda dibacakan hingga ada pemain yang
menemukan torifuda yang cocok. Pemain sering kali sudah
bisa menebak kartu yang harus diambil sebelum sebuah tanka selesai dibacakan.
Iroha
garuta
Berbeda halnya dengan uta-garuta, anak-anak yang baru
bisa membaca hiragana sudah dapat
bermain iroha-garuta.
Anak-anak biasanya bermain iroha
garuta untuk belajar mengenal
aksara.
Satu set iroha
garuta terdiri dari 96 lembar
kartu (yomifuda dan torifuda). Setiap aksara dalam
susunan mengabjad bahasa Jepang (gojūon) memiliki
sepasang kartu dalam bentuk yomifuda dantorifuda. Isi yomifuda adalah peribahasa, sementara torifuda berisi gambar yang cocok dengan isi
peribahasa dalam yomifuda yang menjadi pasangannya. Pada torifuda, aksara pertama dari
peribahasa ditulis dengan hiragana dalam ukuran
besar yang mencolok.
]Aturan
§ Di hadapan pemain, satu set torifuda dijajarkan di atas bidang rata (di
atas tatami), agar
mudah dilihat dan diambil pemain.
§ Dua pemain atau lebih berusaha secepat-cepatnya untuk
menemukan dan mengambil torifuda yang cocok. Kartu yang tepat ditepuk
dengan telapak tangan sebelum diambil. Bergantung kepada jenis kartu yang
dimainkan, kartu yang diambil adalah kartu yang berisi aksara kana (gambar) atau
lanjutan tanka yang sedang dibacakan. Begitu seterusnya hingga semua yomifudaselesai dibacakan, dan
semua torifuda terkumpul. Pemenang adalah pemain yang
mengumpulkan kartu terbanyak.
Asosiasi Karuta Jepang memiliki peraturan
sendiri untuk pertandingan karuta Hyakunin Isshu. Hanya separuh dari keseluruhan kartu yang dipakai dalam pertandingan.[2]
07.18 |
Category: |
0
komentar
Comments (0)