• December 24 , 1997 : SPACE SHOWER Music Video Awards '97 “BEST GROUP CLIP” - PV「虹」
  • November 21 , 1998 : 31th Japan Cable Awards broadcast "Gold Award Request"
  • November 21, 1998 : 31th All-Japan Cable TV "Grand Prix"
  • December 04, 1998 : 40th Japan Record Award "Best Picture" Excellent Single - "HONEY"
  • March 01, 1999 : 36th Golden Arrow Awards "Music Awards"
  • March 01, 1999 : 36th Golden Arrow Awards "Grand Prix"
  • March 03, 1999 : 13th Japan Gold Disc Awards"SONG OF THE YEAR" - The single 「花葬」「HONEY」「snow drop」
  • March 03, 1999 : 13th Japan Gold Disc Awards, March 03, 1999 "ALBUM OF THE YEAR" - Album "HEART"
  • December 07, 1999 : Best Dresser Award 1999
  • December 24, 1999  : SPACE SHOWER Music Video Awards '99 "BEST VIDEO OF THE YEAR" - PV "Pieces"
  • March 15, 2000 : 14th Annual Japan Gold Disc Awards "SONG OF THE YEAR" - single "HEAVEN'S DRIVE"
  • March 15, 2000 : 14th Annual Japan Gold Disc Awards "ROCK ALBUM OF THE YEAR" - single "NEO UNIVERSE", album "ark" "ray"
  • December 23, 2000  : SPACE SHOWER Music Video Awards '00 "BEST GROUP VIDEO" - PV "STAY AWAY"
  • December 23, 2000  : SPACE SHOWER Music Video Awards '00 "BEST VIDEO OF THE YEAR" - PV "STAY AWAY"
  • March 13 ,2001  : 15th Japan Gold Disc Awards "ROCK ALBUM OF THE YEAR" - album "REAL"
  • March 13 , 2002  : 16th Annual Japan Gold Disc Awards "ROCK ALBUM OF THE YEAR" - Album "Clicked Singles Best 13"
  • March 17, 2006  : SPACE SHOWER Music Video Awards ’06 "ART DIRECTION VIDEO WINNERS" - PV「叙情詩」
  • 2006 : Jury Recommended Works Media Arts Festival Entertainment Division in fiscal year 2005 - PV「叙情詩」
  • February 22, 2007 : Yahoo! Music Awards 2008 "Best Group award"
  • 2008 : First J-MELO Awards “Most Requested Act of 2007”
  • 2009 : The Second J-MELO Awards “Most Requested Act of 2008”
  • 2010 : The Third J-MELO Awards “Most Requested Act of 2009”
Ate naku tadayou traffic jam
Machi wa muchitsujo sosogu ame wa acid rain
Asu he no kuuseki mo naku
Mayoeru bokura wa yumemiteru electric ship
Iku kuru ka shire nai akogare no toki
Kusuburu kanjou wa, tada damatte matterare nai.

Miageta nara yozora o kiri saite
Kake noboru JET bokura o michibiku
Sabi tsuita hane wa mada kuchi hatecha inai
Yatsu yori atsui hoeageru tamashii
Saa mezamero next age

Mussu ni zoushoku suru trap

Hitotsu misureba warai toba sare delete
Mirai wa kasouteki kuukan e
Kekkyoku tashika na mono wa kono omoi dake sa.
Nagameru bakari no moe iku honoo
Bou ni furu chansu o tada damatte matterrre nai.

Miageta nara yozora o kiri saite
Kake noboru JET bokura o michibiku
Shinjiru mama hashire kitto mada maniau
Hane agaru SPEED kesshite nogasa nai
Saa tobi nore NEXT AGE.

Tsukaisuterare tatte mikaeshite yaru sa
ZERO kara no jiyuu wo torikonda saikyou no monster

Maki agatta gouon ni mamirete byouyomi no start
Kodou ni awasete say three two one go
Kimi ga miageta nara takaku kake noboru jet
Bokura ga tabidatsu
Saa tobinore space age
You viritual generation


Oreta awai tsubasa
Kimi wa sukoshi
Aosugiru sora ni tsukareta dake sa
Mou dareka no tame ja nakute
Jibun no tame ni waratte ii yo

Izen to shite shinobiyoru kodoku
Uchigawa ni tomoru rousoku
Nigiwau ba ni gouka na shanderia to wa urahara ni

Tarinai kotoba no
Kubomi o nani de umetara ii n' darou
Mou wakaranai yo

Semete yume no naka de
Jiyuu ni oyogetara anna sora mo iranai no ni
Kinou made no koto o
Nuritsubusa nakute mo asu ni mukaeru no ni

Oreta awai tsubasa
Kimi wa sukoshi
Aosugiru sora ni tsukareta dake sa
Mou dareka no tame ja nakute
Jibun no tame ni waratte ii yo

Rettoukan to no wakai wa
Kantan ni wa kanawanaisa
Jiishiki no teppen ni suwaru
Kagami ga utsusu hanabira

Furishiboru you ni
Kogoreta ai wo sakende miru keredo
Modokashikute

Meguru toki no naka de
Kizuguchi wa yagate
Kasabuta ni kawatte iku
Kimi wa sore o matazu
Totemo utsukushiku
Totemo hakanage de


Hagare ochita ato no
Ubuge no you ni
Hi damari no naka de furueru inori
Ima wa muri ni dareka no koto wo
Ai sou to omowanakute ii no ni

[instrumental]

Toki ni kono sekai wa
Ue wo muite
Aruku ni wa sukoshi mabushii sugiru ne
Shizumu you ni
Me wo fuseru to
Kawaita chimen ga namida wo susuru

What do you remember?
I know anytime
Subete wo uketomenakute ii yo
What do you remember?
I know anytime
Koraeru koto dakedo
Yuuki ja nai

Hora kaze ga ugoki dashita
Mada akirametari wa shinai
Taiyou wo kumo no saki ni kanjiru kyakufuu de

Irou to Kono mune wa
Yume wo egaiteku yo dokomademo takaku
Jiyuu ni mau no sa My Heart draws a dream

Oh oritatsu kanata de me wo aketara 
Egao no mama no kimi ni aeru ki ga shite

Rurarara Aeru to ii na rarara

Nee iki wo awasetara
Motto takaku toberu hazusa
Soko kara wa mirai ga mieru kana?
Futari de arouto

Kono mune wa
Yume wo egaiteku yo harukanaru toki wo
Tobi koeteku no sa my Herat draws a dream
Itsu no hi ka kitto kanau to ii na
Egao no mama no kimi de irareru noni

Saa te wo nobashi
Ima, tokihanatou
Kokoro wa dare mo shibarare wa shinai
Shisen wa hizashi wo toraeteru
Donna sameta sekai de mo

Dare mo minna

Yume wo egaku yo
Yume wo egaku yo
Yume wo egaku yo
Our Hearts draw a dream
Yume wo egaku yo
Yume wo egaku yo
Yume wo egaku yo hora

Oh oritayatte kanata de me wo aketara
Aa egao no mama no kimi ni aeru to ii na


Pakaian Tradisional


 Pakaian tradisional Jepang termasuk salah satu unsur kebudayaan yang membedakannya dari negara lain. Kimono, pakaian tradisional Jepang yang artinya “sesuatu yang dikenakan”. Awalnya, kata ‘Kimono’ ditujukan untuk semua jenis tipe pakaian, tapi pada akhirnya, kata itu merujuk pada pakaian panjang yang disebut ‘Naga-gi’, yang hingga hari ini masih sering dikenakan oleh pria, wanita dan juga anak-anak pada acara-acara khusus.
Kimono terdiri dari banyak warana, model dan ukuran. Para pria biasanya memakai kimono berwarna gelap, sedangkan para wanita memakai warna cerah atau warna-warna pastel, khususnya untuk para wanita muda, mereka biasanya mengenakan kimono berwarna cerah dengan aksen pola abstrak yang rumit dan juga pola floral.



Kimono yang dipakai oleh wanita yang sudah menikah, tentu berbeda dengan kimono yang dipakai oleh wanita yang belum menikah. Kimono yang dipakai oleh wanita yang sudah menikah disebut Tomesode yang bagian-bagian kimononya terpisah karena pola-pola gambar di kimononya ada di bawah bagian pinggang. Kimono yang dipakai oleh wanita yang belum menikah disebut Furisode, yang dapat dikenali dari bagian lengannya yang sangat panjang dengan panjang 39-42 inci, kimono ini menandakan seorang wanita masih lajang.



Gaya Kimono pun berubah-ubah sesuai dengan musim. Di musim semi, Kimono yang dipakai kebanyakan berwarna cerah musim semi dengan bordiran bunga-bunganya. Saat musim gugur, kimono tidak berwarna terlalu cerah, biasanya berwarna musim gugur seperti gradasi warna oranye tua hingga coklat muda. Di musim dingin, kimono dibuat dari kain flannel yang lebih berat menjaga suhu tubuh si pemakai agar tetap hangat. Untuk musim panas, Kimono lebih kasual dan ringan yang disebut dengan Yukata.
Kimono yang lebih elegan adalah Uchikake, terbuat dari kain sutra panjang yang biasanya dipakai oleh pasangan pengantin dalam upacara pernikahan. Uchikake biasanya dihiasi dengan bordir bergambar burung atau bunga dari benang emas atau perak.
Ukuran kimono sendiri tidak memiliki ukuran pasti seperti pakaian-pakaian barat. Ukuran kimono biasanya hanya didasarkan pada perkiraan dan teknik-teknik tertentu yang membuat kimono sesuai ukuran tubuh si penggunanya.
Obi adalah bagian penting dari Kimono. Obi adalah kain yang digunakan sebagai ikat pinggang yang biasanya dipakai untuk berbagai macam pakaian tradisional Jepang, tapi paling sering digunakan bersama kimono. Obi untuk wanita biasanya berukuran lebih lebar dan besar, sedangkan untuk pria, obinya lebih tipis dan kecil.
Kebanyakan orang Jepang kini, hanya memakai kimono di rumah, di tempat yang santai atau bahkan saat menjamu tamu. Untuk acara yang lebih formal, para pria biasanya menggunakan Haori dan Hakama, yaitu bagian atas kimono seperti mantel dan bagian bawah kimono, yang seperti rok, yang terpisah. Hakama biasanya diikat di bagian pinggang dan panjangnya hingga pergelangan kaki. Awalnya Hakama hanya digunakan oleh pria saja, tapi belakangan ini para wanita pun ikut mengenakannya.
Pakaian tradisional lainnya yaitu Happi yang tidak terlalu terkenal seperti Kimono. Happi adalah mantel berlengan lurus yang biasanya dijahit dengan lambang keluarga dan sering digunakan oleh petugas pemadam kebakaran.



Jepang juga memiliki alas kaki yang khas, yaitu Tabi. Tabi adalah kaus kaki setinggi pergelangan kaki dan biasanya dipakai bersama kimono. Tabi didisain untuk dapat dikenakan bersama Geta. Geta sendiri adalah sandal kain yang beralas kayu tebal. 

Hanetsuki
Hanetsuki (羽根突き, 羽子突き arti harfiah: tepuk bulu?) adalah permainan tradisional Jepang berupa saling berbalasan memukul kok tanpa jaring. Permainan mirip bulu tangkis ini dimainkan dengan raket yang disebut hagoita. Kok dibuat dari biji buah mukuroji (pohon familia Sapindaceae) yang dicucuk dengan bulu unggas berwarna-warni. Tradisi bermain hanetsuki di kalangan anak perempuan dipercaya membawa nasib baik, dan merupakan salah satu tradisi tahun baru di Jepang.
Permainan sepak menyepak bulu unggas yang diberi pemberat uang logam dikenal di Cina sekitar abad ke-14. Di Jepang, permainan tersebut mulai dikenal pada zaman Muromachi, dan diperkirakan sebagai asal usul permainan hanetsuki yang dikenal sekarang ini. Menurut buku harian Kanmon Nikki dari zaman Muromachi, kalangan aristokrat dan pelayan wanita dilaporkan senang bermain hanetsuki di dalam istana kaisar. Pemain yang kalah harus menghidangkan sake kepada pemain yang menang.




Karuta

http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf10/skins/common/images/magnify-clip.png
Selembar kartu dari obake karuta asal abad ke-19. Setiap kartu bergambarkan makhluk aneh dari mitologi Jepang.
Karuta (かるた?) adalah permainan kartu bergambar dari Jepang. Permainan ini paling sedikit dimainkan oleh tiga orang pemain, termasuk orang yang membacakan kartu. Karuta sering dimainkan sebagai salah satu tradisi tahun baru Jepang.
Karuta berasal dari carta, kosakata bahasa Portugis untuk surat, lembaran surat, atau kartu. Di Jepang, istilah karuta dulunya berarti permainan kartu remi. Namun pada zaman sekarang, karuta berarti hanafuda dan berbagai jenis permainan yang memakai satu set kartu yang terdiri dari yomifuda (読札?, kartu untuk dibaca) dan torifuda (取り札?, kartu untuk diambil). Setiap kartu yomifuda berisi kata-kata untuk dibacakan. Pembaca kartu adalah orang yang tidak ikut bermain, dan sekaligus berperan sebagai wasit.

Daftar isi

  [sembunyikan
·         1 Sejarah
·         2 Jenis
·         3 Aturan
·         4 Referensi
·         5 Pranala luar

Sejarah

Permainan karuta berasal dari "permainan mencocokkan cangkang kerang" pada zaman Heian. Sejumlah cangkang atas dan cangkang bawah dipisahkan, dan diacak untuk kemudian dicarikan pasangannya yang tepat. Permukaan cangkang kerang dilukis dengan gambar-gambar agar lebih menarik untuk dimainkan.
Pada zaman Sengoku, permainan kartu berisi puisi Hyakunin Isshu mulai dimainkan oleh bangsawan istana, dan belum merupakan permainan rakyat. Dengan kemajuan teknik percetakan cukil kayu pada zaman Edo, harga kartu untuk bermain karuta menjadi terjangkau oleh rakyat biasa yang mendorong kepopuleran karuta sebagai permainan rakyat.[1]

Jenis

Dua jenis karuta yang sering dimainkan adalah uta garuta (kartu puisi) dan iroha-garuta (kartu iroha).

Uta garuta

Satu set uta garuta terdiri dari 200 lembar kartu. Kartu yomifuda berisi tanka dari antologi puisi klasik Hyakunin Isshu dan gambar potret penyair yang menciptakannya. Tanka terdiri dari lima baris dengan pola mora 5-7-5-7-7. Bait bagian atas (5-7-5) disebut kami-no-ku dan bait bagian bawah (7-7) disebut shimo-no-ku. Sebuah tanka ditulis secara lengkap pada yomifuda, sementaratorifuda hanya berisi bait bagian bawah dan tanpa gambar. Tanka pada masing-masing yomifuda dibacakan hingga ada pemain yang menemukan torifuda yang cocok. Pemain sering kali sudah bisa menebak kartu yang harus diambil sebelum sebuah tanka selesai dibacakan.

Iroha garuta

Berbeda halnya dengan uta-garuta, anak-anak yang baru bisa membaca hiragana sudah dapat bermain iroha-garuta. Anak-anak biasanya bermain iroha garuta untuk belajar mengenal aksara.
Satu set iroha garuta terdiri dari 96 lembar kartu (yomifuda dan torifuda). Setiap aksara dalam susunan mengabjad bahasa Jepang (gojūon) memiliki sepasang kartu dalam bentuk yomifuda dantorifuda. Isi yomifuda adalah peribahasa, sementara torifuda berisi gambar yang cocok dengan isi peribahasa dalam yomifuda yang menjadi pasangannya. Pada torifuda, aksara pertama dari peribahasa ditulis dengan hiragana dalam ukuran besar yang mencolok.

]Aturan

§  Di hadapan pemain, satu set torifuda dijajarkan di atas bidang rata (di atas tatami), agar mudah dilihat dan diambil pemain.
§  Dua pemain atau lebih berusaha secepat-cepatnya untuk menemukan dan mengambil torifuda yang cocok. Kartu yang tepat ditepuk dengan telapak tangan sebelum diambil. Bergantung kepada jenis kartu yang dimainkan, kartu yang diambil adalah kartu yang berisi aksara kana (gambar) atau lanjutan tanka yang sedang dibacakan. Begitu seterusnya hingga semua yomifudaselesai dibacakan, dan semua torifuda terkumpul. Pemenang adalah pemain yang mengumpulkan kartu terbanyak.
Asosiasi Karuta Jepang memiliki peraturan sendiri untuk pertandingan karuta Hyakunin Isshu. Hanya separuh dari keseluruhan kartu yang dipakai dalam pertandingan.[2]


Jepang, negeri matahari terbit ini adalah salah satu negara yang mengalami perkembangan pesat di berbagai bidang. Negara kerajaan yang hanya memiliki luas 377.837 km2 ini ada di bagian paling timur Benua Asia.
Kebudayaan Jepang telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama ribuan tahun dari masa prasejarah Jōmon, hingga budaya hybrid kontemporer yang tercipta dari penggabungan unsur budaya Asia, Eropa dan Amerika Utara.
Jepang pernah mengalami masa terisolasi dari dunia luar selama masa Tokugawa shogunate hingga masa “The Black Ships” dan periode Meiji.

Bahasa dan Sastra
Bahasa Jepang selalu berperan penting dalam budaya Jepang. Bahasa Jepang ditulis dengan kombinasi tiga skrip yaitu Hiragana yang diadaptasi dari karakter Cina, Katakana yang merupakan singkatan dari karakter Cina, dan Kanji yang juga diimpor dari Cina.
Alfabet Latin dan Romaji juga sering digunakan dalam bahasa Jepang modern, biasanya untuk logo dan nama perusahaan, periklanan, dan hal yang berkaitan dengan computer. Angka Hindu-Arab juga sering digunakan, tapi angka Sino Jepang yang tradisional juga masih digunakan dalam beberapa hal.
Jepang juga terkenal sebagai bangsa yang sangat menyukai lukisan. Melukis sudah menjadi budaya Jepang selama berabad-abad, dan kuas yang dipakai juga sering digunakan sebagai alat tulis.Pembuatan kertas dari Cina mulai diperkenalkan di Jepang pada abad ke-7 oleh Damjing dan beberapa biarawan Goguryeo, dan selanjutnya Washi dikembangkan dari itu. Berberapa teknik melukis tradisional masih digunakan oleh beberapa seniman hingga saat ini.
Teknik penggunaan kuas yang khas dari seniman dalam penulisan bahasa Jepang menghasilkan seni kaligrafi yang rumit. Di negara-negara Asia Timur, sebuah penulisan teks dianggap sebagai sebuah bentuk seni tradisional sekaligus sarana penyampaian informasi tertulis. Pekerjaan tertulis itu bisa berupa frasa, puisi, cerita atau bahkan sebuah karakter tunggal.
Di Jepang sendiri seni kaligrafi disebut dengan 'Shodo' (書道) yang secara harfiah berarti ‘cara penulisan atau kaligrafi’ atau lebih dikenal sebagai 'Shuji' (習字) yang artinya ‘belajar bagaimana menulis karakter’. Orang awam Jepang juga mengenal seni kaligrafi sebagai 'Sumi-e' ( ) yang berarti lukisan tinta.

Seni
Jepang juga dikenal sebagai negara yang menuangkan kebudaayan dalam seni patung. Patung-patung tradisional Jepang kebanyakan adalah patung-patung agama Buddha, seperti Tathagata, Bodhisattva dan Myo-o. Patung tertua yang ada di Jepang adalah patung Amitābha di candi Zenkō-ji yang terbuat dari kayu. Pada Periode Nara, patung-patung Buddha sengaja dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan prestise bangsanya. Hal ini terlihat di Nara dan Kyoto yang memiliki banyak patung kolosal Buddha Vairocana yang terbuat dari perunggu di candi Tōdai-ji.
Jepang adalah negara yang menggunakan kayu di banyak kehidupan hariannya dalam masalah arsitektur. Perunggu dan logam lainnya juga sering digunakan, selain itu batu dan tanah liat yang dibentuk menjadi tembikar juga digunakan oleh orang Jepang kuno yang berperan dalam hal keyakinan mereka.
Kebudayaan lainnya dari Jepang yang tak kalah menarik dan juga sudah terkenal di dunia yaitu seni Ikebana. Ikebana (生花) adalah seni merangkai bunga dari Jepang. Keserasian warna, dan desain yang sederhana namun elegan menciptakan sebuah harmoni yang indah. Seni ini berpusat pada pengekspresian musim dan hal-hal yang lebih dari sekedar rangkaian bunga.